Reach Succes . Nyuuuuk.......

Selasa, 11 Desember 2012

Mata Menerawang Berkaca-Kaca Membaca HIKMAH Anak Kebanggaan Ayah

Pagi-pagi sekali sudah dapat BBM dari Ustadz Bobby Herwibowo, tapi belum sempat dibaca semua karena rutinitas kegiatan pagi dari ba'da sholat subuh sampai menjelang berangkat kantor sudah padat.

Ditengah kemacetan jalan Jakarta dan saat-saat lampu merah saya sempatkan membaca Koran harian Republika, dan pasti yang kulirik pertama kali adalah HIKMAH di halaman pertama bawah.  Ternyata isi HIKMAH kali ini sama dengan BBM di atas. Kata demi kata saya baca membuat mata menerawang, dan teringat kepada kedua anak saya yang sedang berjuang mendapatkan
ilmu disekolah terbaik dan terfavoritnya.  Semoga perjuangan mereka selama ini, memudahkan jalan mereka menggapai sukses di masa depannya. Aamiin.

Ini cerita yang membuat mata saya turut menarawang berkaca-kaca :

ANAK KEBANGGAAN AYAH


Seorang ayah bernama Bakri berumur penghunjung 40-an diundang sekolah anaknya untuk hadir pada 'Hari Ayah'. Sungguh dia amat enggan perkara seperti ini. Merasa sudah punya empat orang anak, bahkan yang tertua sudah masuk kuliah. Ia merasa sudah gak umurnya lagi bersenda gurau dengan anak pada Hari Ayah di sekolah. Namun karena istri dan anaknya yang nomer empat memintanya dengan sangat, ia pun datang ke sekolah anaknya dengan hati berat.
Seperti yang ia duga, acara di kelas hari itu menampilkan kebolehan masing-masing anak dihadapan para ayah mereka. Terlihat di sana banyak para ayah yang berusia sekitar 30-an. Kesemua ayah itu antusias melihat buah hati mereka. Bakri hanya tersenyum, berkatalah ia dalam hati; "Dulu aku juga seperti mereka saat punya anak pertama. Tapi kini sudah gak zaman lagi baginya acara anak-anak seperti ini."
Satu per satu murid dipanggil untuk tampil ke depan dan menunjukkan kebolehannya Selama 5 menit. Usai penampilan maka ayah mereka dipanggil ke depan untuk menerima hadiah yang telah disiapkan oleh sang anak untuk ayah mereka. Ada yang menampilkan kebolehan bernyanyi. Ada yang menulis dan baca puisi. Berpidato dengan bahasa asing. Atraksi permainan dan banyak lagi.
Kini giliran Umar, anak Bakri nomer empat yang berusia 10 tahun dipanggil namanya untuk tampil ke depan. Bakri mengira bahwa Umar pasti akan menampilkan hal serupa dengan kawan-kawannya. Diujung penampilan, Bakri harus berpura-pura sumringah dan memberi pelukan hangat kepada Umar buah hatinya. Agar semua orang di kelas itu tahu bahwa ia adalah ayah yang layak dibanggakan. Ehemmm, itulah pikirnya!
"Kamu ingin menampilkan apa untuk ayahmu, Umar?" tanya ibu guru. "Aku akan tampil dengan Ustadz Amir di depan" jawab Umar bersemangat. Ibu Guru pun mempersilakan ustadz Amir untuk ke depan kelas dan tak lupa ibu guru menjelaskan kepada para ayah bahwa ustadz Amir adalah guru ekstra kurikuler yang mengajarkan baca Al Quran di sekolah.
"Nah Umar, kini giliranmu untuk memulai penampilan..." ujar ibu guru.
Umar mengucap salam. sedikit kata pembuka ia ucapkan. Ia berkata bahwa ia akan membaca surat Al Kahfi yang berjumlah 110 ayat. Sadar dengan waktu yang terbatas ia meminta bantuan Ustadz Amir untuk memegang mushaf Al Quran dan menyebutkan ayat mana saja untuk ia baca.
Para ayah yang hadir mulai berdecak kagum. Mereka mengerti bahwa Umar bukan hanya akan membaca Al Quran, namun dia malah sudah menghafalnya!
"Baik, sekarang coba kamu baca ta'awudz dan basmalah dan mulai dari ayat pertama....!" pinta ustadz Amir.
Dengan memejamkan mata, Umar mulai membaca. Tak disangka...., suara yang keluar dari mulut Umar terdengar begitu merdu. Rupanya Umar membaca Al Quran mengikuti lantunan Qari cilik bernama Muhammad Taha Al Junaid yang terkenal itu. Ia membaca dengan hati yang tenang lalu membawa kedamaian pada setiap telinga yang mendengarnya.
Ayat 1-5 telah dibaca Umar. Ustadz Amir mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti bacaan Umar yang merdu tanpa sekalipun beliau putus. Lalu Ustadz Amir meminta Umar untuk membaca dari ayat 60. Umar pun membaca dengan suara yang menenangkan jiwa.

Semua mata dari para ayah yang hadir kita mulai berkaca-kaca. Seolah mereka penuh harap andai anak2 mereka bisa seperti Umar. Demikian pula dengan Bakri, ayah Umar. Ia yang tadinya tidak sepenuh hati datang ke sekolah. Kini malah ia begitu antusias!
Lalu ustadz Amir meminta Umar untuk pindah lagi ke ayat 107 -110 sebagai penutup penampilannya. Maka Umar pun membacanya tanpa satu pun kesalahan.

Begitu Umar menyudahi bacaannya, belum juga dipersilakan maka bangkitlah Bakri dari duduknya dan langsung berjalan ke depan dan memeluk Umar.

Terlihat rasa bangga yang terpancar dari wajah Bakri usai melihat penampilan buah hatinya. Para hadirin pun menyaksikan bahwa Bakri beberapa kali menyeka air mata yang berderai di pipinya.
Seisi ruangan terpukau dengan lantunan Al Quran yang dibacakan dengan suara merdu Umar. Menyudahi suasana yang haru itu, ibu guru membuka tanya kepada Umar, "Mengapa engkau ingin membaca Al Quran untuk ayahmu sedangkan semua temanmu tak ada yang terpikir untuk melakukannya, Umar?"
Rupanya Umar pun turut haru usai dipeluk sedemikian hangat oleh sang ayah. Dengan mata berkaca-kaca Umar berkata, "Ustadz Amir pernah ajarkan aku untuk rajin belajar Al Quran. Beliau sampaikan bahwa orang yang hafal Al Quran membuat kedua orang tuanya mulia di akhirat. Kedua orang tua akan mendapat mahkota dari cahaya dimana cahayanya lebih indah dari sinar mentari dunia... Aku ingin, ayah & ibuku mendapat kemuliaan seperti itu dari Allah Swt karena itu aku belajar menghafal Al Quran bersama ustadz Amir."
"Subhanallah...." terdengar suara para ayah berkumandang di kelas itu. Semuanya berkeinginan anak-anak mereka seperti Umar.
"Apakah saya boleh bicara?" tanya Bakri kepada para hadirin. Semua orang mempersilakan.
"Hmmm...., hari ini adalah hari yang teramat bahagia untuk saya. Anda semua para ayah tak ada bedanya aku rasa. Kita menyekolahkan anak-anak kita di sekolah terbaik seperti sekolah ini. Dengan biaya yang tak murah, dengan segala fasilitas duniawi yang serba ada. Mungkin dibenak kita para ayah adalah jangan sampai anak-anak kita tidak bisa mengejar kemajuan dunia....

Terus terang aku sudah hampir 50 tahun. Aku punya empat orang anak, dan Umar adalah putraku yang terakhir. Dengan ambisi duniawiku, aku sekolahkan ia di sini dengan harapan bahwa ia akan memiliki masa depan gemilang.

Aku tersadar bahwa pemikiran putraku ini justru telah membuat masa depanku gemilang. Ia mempelajari dan menghafal Kitabullah Al Quran agar supaya kedua orang tuanya memiliki masa depan yang gemilang di akhirat! Terima kasih anakku... Maafkan ayah yang lupa untuk mendidikmu untuk mempelajari Al Quran...."
Bakri pun lalu memeluk Umar kembali. Keduanya menangis haru, dan seluruh kelas pun hening terdiam menyaksikannya.....!

Rabu, 13 April 2011

Ayolah Terus Belajar Hingga Akhir Hayat

Tulisan ini semoga menyemangatimu Adi Prayitno dan rekan-rekan sekalian, untuk terus belajar ilmu bermanfaat. Sufyan bin Utaibah pernah berkata:”Jauhilah penyakit seorang pintar yang sesat dan penyakit seorang ahli ibadah yang bodoh, karena penyakit dari dua macam orang ini merupakan penyakit yang menyesatkan. Orang ahli ibadah yang bodoh menolak ilmu dan implikasinya. Inilah merupakan kesesatan yang menyebabkan kedustaan agama.” (Ibn al-Qayyim al-Jauziyah dalam al-Fawa’id). Banyak kasus dijumpai, seorang terpelajar akan tetapi mengikuti aliran sesat. Tidak sedikit pula ilmuan yang mendukung pemikiran-pemikiran di luar Islam. Mereka semua adalah orang yang terpelajar dari institusi berlabel Islam, terdidik sampai pada level tinggi. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah, orang seperti mereka sesungguhnya bukan orang pintar. Sebab mereka menentang ilmu dan hukum-hukumnya, dan lebih mengutamakan khayalan, kesukaan dan hawa nafsu. (Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam al-Fawa’id). Setiap muslim mestinya selalu berstatus pelajar (muta’allim), apapun profesinya dan berapapun usianya. “Tuntutlah ilmu hingga liang lahat!” adalah seruan agar kita jangan sekali-kali melepaskan status sebagai pelajar. Bahkan seorang yang telah bergelar KIai, Profesor dan doktor tetap harus belajar Saat mereka ‘pensiun’ jadi pelajar, maka ilmunya akan mati. Tidak berkembang dan tidak ada tambahan ilmu. Makanya, profesi menjadi pelajar adalah sepanjang masa. Pelajar bukan hanya yang belajar di lembaga sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi. Di manapun dan kapanpun kita bisa dan wajib berstatus menjadi pelajar. Akan tetapi ada petunjuk yang harus diperhatikan agar tidak menjadi pelajar yang merugi.Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu, niat, jenis ilmu dan cara memperolehnya harus benar. Jika tidak, maka akibatnya akan tersesat. “Barangsiapa ilmunya bertambah, namun tidak bertambah petunjuk, maka ia akan semakin jauh dari Allah.” (HR. Abu Nu’aim). Saat kita jauh dari-Nya, maka kita menjadi dzalim. Kedzaliman seorang ilmuan dan pemimpin bermula dari niat belajar yang salah dan ketidaktepatan memposisikan ilmu ketika belajar. Ilmu yang agung tidak semestinya dicampur dengan tujuan dan niatan yang hina. Antar yang haq dan yang batil jelas tidak mungkin bertemu. Berdasarkan niat belajar, Imam al-Ghazali membagi orang menuntut ilmu menjadi tiga. Pertama, belajar semata-mata karena ingin mendapat bekal menuju kebahagiaan akhirat. Kedua, belajar dengan niat mencari kemuliaan dan popularitas duniawi. Ketiga, menuntut ilmu sebagai sarana memperbanyak harta. Golongan pertama, adalah golongan selamat sedangkan tipe kedua dan ketiga termasuk berpotensi menjadi pemimpin dan ilmuan yang dzalim. Golongan pertama termasuk pelajar yang memahami konsep ilmu dengan benar, niatannya untuk menghilangkan kejahilan agar mendapat ridla Allah SWT. Keilmuannya diamalkan demi kemaslahatan umat bukan untuk kenikmatan pribadi. Golongan kedua dan ketiga adalah kelompok penuntut ilmu yang materialis, yaitu mencari ilmu untuk tujuan duniawi. Sehingga aspek-aspek ukhrawi tidak menjadi landasan dalam mencari ilmu. Jika materialisme sebagai kerangka pikirnya, maka menurut Imam al-Ghazali ia kelak akan menjadi ulama’ suu’ (ilmuan jahat) yang tidak mengindahkan adab. Ayok ah terus belajar. untukmu www.arrahmandistro.com www.arrahmandistro.blogspot.com www.madu-mutiara.blogspot.com

Jumat, 01 April 2011

Mari Bersikap Jujur Terhadap Diri Sendiri

Tulisan ini sangat menggugah diri , semoga dapat menggugah hati anda semua, semangat membaca. Baru-baru ini ada kisah menarik yang terjadi di Indonesia. Seorang wanita yang katanya berparas cantik dengan posisi menejer Citibank di Indonesia menggasak uang milik nasabahnya. Tidak tanggung-tanggung yang diambilnya, 17 Milyar rupiah. Dan satu lagi, seorang yang menduduki jabatan sebagai wakil Kepala Cabang Bank BNI Margonda, Simprug, Jakarta Selatan membobol uang nasabahnya. Dunia terasa semakin tidak sempurna dengan tabiat penghuni semacam ini. Apakah yang menjadi pemantiknya? Sehingga mereka bisa bersifat mirip binatang ini? Memangsa milik dan hak orang lain? Salah satu penyebabnya adalah mungkin mereka tidak jujur dengan dirinya sendiri. Seperti kata Suze Orman (Pelopor New American Dream), mereka adalah contoh manusia-manusia yang tidak jujur. Hati nuraninya lemah. Mudah diombang-ambingkan oleh keadaan sekelilingnya. Kalau yang lainnya punya rumah lebih besar, maka ia merasa harus punya. Kalau yang lainnya punya mobil lebih mewah, maka ia juga bisa. Dan kalau yang lainnya bisa jalan ke luar negeri, maka ia pun harus bisa. Sudah seharusnya manusia-manusia di Indonesia kembali ke gelombang baru, New Indonesia Dream, yaitu kejujuran. Marilah berlaku jujur terhadap diri kita. Terhadap kemampuan kita. Dan hadist dari Rasulullah SAW ini semoga menjadi pelajaran berharga di akhir tulisan ini."Sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing pada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu akan mengantarkan pada kejahatan. Dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Seseorang yang memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta."(HR. Muslim).*

Senin, 14 Februari 2011

Jangan Marah. Tersenyumlah

Tulisan menarik neh Adi, semoga dapat bermanfaat bagi saudara2 sekalian agar membiasakan diri tersenyum di hadapan orang lain.

Sejatinya senyum adalah jendela hati.

Dari senyuman kita bisa mengetahui suasana dan isi hati seseorang. Senyuman yang terkembang berarti juga sebuah sinyal bagi orang lain untuk diterima kehadirannya dan diperbolehkan untuk bersama. Karena itu, mari mencoba mengingat-ingat berapa kali sehari kita tersenyum pada pasangan, Saudara, dan rekan terdekat.

Kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan para sahabat semakin kokoh dari hari ke hari, tak lain karena senyum yang senantiasa terkembang. Jarir bin Abdillah RA berkata, “Sejak aku masuk Islam, Nabi tidak pernah menghalangiku untuk menemuinya. Dan setiap kali berjumpa denganku, beliau selalu tersenyum padaku.” (Riwayat Al-Bukhari).

Senyum memang sangat besar efeknya bagi kondisi psikologis seseorang. Bisa dibayangkan bila seseorang tengah merasakan kegelisahan yang sangat, tentu senyum yang datang seakan memberi kesempatan baginya untuk menemukan jalan keluar dari masalah, minimal mengurangi beban masalahnya.

Senyum juga membawa dampak positif pada cara kita berpikir. Senyum yang berusaha kita hadirkan dalam kondisi seperti apapun akan membimbing kita dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Pikiran kita akan terdorong untuk memandang kemelut yang terjadi dari sisi yang positif dan menghindarkan kita dari stress.

Otak pun akan mendorong tubuh mengeluarkan energi yang akan membangun imunitas di dalam dan di luar tubuh, memperbaiki kualitas darah, dan memperbaiki kualitas udara yang kita hirup.

Inilah luar biasanya teladan yang diberikan oleh Rasulullah. Inilah kebaikan yang tersimpan dalam sabdanya, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu.” (Riwayat Muslim)

Karena itu, mulai saat ini, berusahalah untuk senantiasa tersenyum. Buatlah tiap ulasnya yang menghiasi wajah kita berarti kasih sayang dan kebaikan, terutama untuk pasangan, saudara dan teman terdekat kita.

Nyyyuuuuuuk Tersenyum..... Tapi jangan tersenyum sendirian ya ? Aneh kelihatannya nanti.

Kamis, 10 Februari 2011

JEJAK RASULULLOH

Apakah modal utama memulai usaha? Jika Anda menjawab uang, mungkin benar, tapi tidak dalam bisnis ala Rasulullah SAW. "Yang menjadi number one capital dalam bisnis ala Rasulullah adalah kepercayaan (trust) dan kompetensi," kata pakar ekonomi syariah, Syafii Antonio dalam bukunya "Eksiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW, The Super Leader Super Manager "

Menurutnya, dalam trust itu ada integritas dan kemampuan melaksanakan usaha. "Beliau membangun usaha dari kecil, dari sekadar menjadi pekerja, kemudian dipercaya menjadi supervisor, manajer, dan kemudian menjadi investor," ujarnya.

Perjalanan dari kuadran ke kuadran itu, katanya, menunjukkan bahwa Rasulullah adalah seorang entrepreneur yang memiliki strategi dalam mengembangkan usahanya dan karakteristik untuk mencapai sukses.

Sudah sampai kuadran mana kita? Bisakah kita meniru jejak Rasululloh, dari pekerja-supervisor-Manajer-Direksi, kemudian investor ? jawabnya Insya Alloh, Alloh akan selalu menolong kita. Amin.

Untukmu Adi Prayitno http://www.arrahmandistro.com/ ; http://arrahmandistro.blogspot.com/

Selasa, 01 Februari 2011

Meraih Mimpi

Saya begitu berkesan dengan cerita ini, sampai-sampai meneteskan air mata saat membacanya, semoga cerita dari hidayatullah ini dapat menjadi inspirasi kita semua terutama anak2 saya, selamat menikmati inspirasi cerita ini :

Perempuan paru baya itu terbujur kaku. Ia meninggal setelah beberapa minggu mengalami sakit parah. Sekujur tubuhnya ditutupi kain putih berukuran ± 1,5x1 M. Para pelayat, yang kebanyakan ibu-ibu, duduk mengelilinginya. Terlihat mulut mereka berkomat-kamit, melafalkan surat Yasin dan do’a-do’a keselamatan. Buliran-buliran bening pun mulai keluar dari pelupuk mata, mengalir membasahi pipi-pipi, mengiringi bacaan-bacaan mereka.

Isak tangis semakin mengelegar, manakala mereka menyaksikan bayi berjenis kelamin laki-laki, berumuran 3 bulan, menangis histeris, seakan-akan ikut merasakan kepiluan hati, ditinggal mati ibu yang telah melahirkannya.Bayi tersebut, memang tidak lain adalah salah satu putra dari perempuan yang telah tak bernyawa itu.

Tubuhnya yang mungil, terlihat sangat pucat. Nyaris tidak terdapat secuil dagingpun yang membalut tubuhnya. Yang nampak, hanyalah tulang dan kulit semata. Siapa pun yang menyaksikan, tentu akan merasa iba. Terlebih, kalau melihat kenyataan perekonomian keluarganya, yang memang berada dibawah garis kemiskinan. Rumah mereka tidak punya. Gubuk yang mereka tempati, merupakan tumpangan sementara dari salah satu sanak keluarga.Tak ayal, melihat kondisi demikian, tidak sedikit dari para pelayat, memprediksi nasib buruk akan selalu membayangi masa depan si-bayi.

“Apa bisa hidup, yah, bayinya?”, celetuk salah satu pelayat, ’meraba-raba’ nasib si-bayi, yang tentu saja menambah luka hati keluarga yang memang tengah berduka. Tak ubahnya luka tersiram air cuka. Mungkin itulah gambarannya. Perih dan sangat menyakitkan.Tak sedikit pula dari mereka --karena merasa kasihan-- mencoba mengajukan diri untuk mengadopsi anak tersebut.

”Kalau diizinkan, kami ngin mengasuh anak ini, pak. Kami tidak akan menyia-nyiakannya. Akan kami anggap dia sebagai anak kandung kami sendiri,” pinta di antara mereka kepada sang-bapak.Walaupun demikian, pihak keluarga --terutama sang-ayah-- tidak mau ambil pusing. Dia yakin, bahwa di balik musibah yang tengah melanda keluarganya, terdapat banyak hikmah yang memang belum terkuak saat itu. Karenanya, dia menolak keras permintaan orang-orang yang hendak mengadopsi bayi malang itu, sekalipun keadaan ekonomi tengah carut-marut.

Mandiri Sejak Dini
Peristiwa mengharukan itu, terjadi 25 tahun silam. Dan bayi itu, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang kini mengabdikan dirinya di salah satu lembaga pendidikan Islam. Khoirul Huda, itulah namanya. Terlahir di tengah keluarga serba kekurangan, serta ditinggal mati ibu ketika masih dalam buaian, menjadikannya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Dan pola pendidikan itu pula yang diterapkan ayah dan kakak-kakaknya.

Sejak kecil, Huda –begitu ia biasa disapa- sudah terbiasa bekerja keras. Sepulang dari sekolah, misalnya, ia harus membereskan seluruh pekerjaan rumah, mulai dari menyapu halaman, hingga menanak nasi.

Wajar, karena semua anggota keluarganya pergi ke ladang, dan baru pulang, ketika matahari telah di ufuk barat.

Selain itu, ia juga tidak malu-malu untuk menjajakan barang jualannya, yang berupa mainan-mainan anak, semacam balon dan sejenisnya, dari kampung satu ke kampung yang lain. Kiloan meter jarak ia tempuh dengan jalan kaki. Pengatnya sinar matahari. Derasnya guyuran hujan, sama sekali tak meredupkan semangat bungsu dari tujuh bersaudara ini, untuk menapakkan kaki, selangkah demi selangkah, menelusuri gang-gang perkampungan.

Sekalipun melelahkan secara fisik, aktivitas-aktivitas tersebut, dia jalani dengan lapang dada. Status sosial yang dipegang sebagai anak miskin dan tak beribu, sama sekali tidak pernah mengucilkannya untuk terus berjuang, ”Sering sekali saya diejek. Terutama oleh teman sepermainan. Tapi jarang saya hiraukan”, kenangnya.

Mengejar Mimpi
Mimpi, adalah satu hal yang semua orang boleh memilikinya, tanpa harus membedakan status sosial, atau tetek-bengek lainnya. Begitu juga dengan putra dari Ardi dan Suyyah ini. sedari kecil, dia telah memiliki angan-angan untuk terus menuntut ilmu, terutama ilmu agama.

Terlebih ketika melihat jejak ‘raport’ saudara-saudaranya yang ‘berguguran’ sekolah, lantaran terkendala biaya, gejolak itu semakin meninggi. Obsesinya, dia ingin mengangkat status sosial diri dan keluarganya menjadi lebih baik, ”Untuk menggapai itu semua, ilmu adalah satu-satu kuncinya” ulasnya panjang-lebar.

Syukurnya, sang-ayah mendukung penuh. Dengan menjual hasil panen, pada tahun 1998, selesai menamatkan Sekolah Dasar (SD) ia berangkat ke Jawa Timur, guna meneruskan studi di salah satu pondok pesantren di sana.

Pada awalnya, sebagai anak yang masih ingusan, sangat berat bagi Huda berpisah jauh dari sanak keluarga yang berada di kampung halaman, Laung Timur. Apa lajur dikata, seperti kata pepatah, “layar sudah berkembang, pantang surut untuk ke belakang.”Huda pun membulatkan tekad untuk tetap tinggal di daerah asing baginya. ”Mungkin pola pendidikkan keluarga yang tidak pernah meninabobokkanku, menjadi salah satu unsur yang mampu menguatkanku saat itu,” terangnya.
***

Sebagaimana jamak diketahui, bahwa sekolah di pondok pesantren, itu relatif lebih mahal biayanya, dibanding sekolah umum. Sebab, selain harus membayar uang sekolah, para santri pun harus membayar uang asrama dan makan sekaligus.

Di tengah perjalanan, hal inilah yang menjadi pelemik Huda. keluarganya tersiok-seok, sehingga nyaris saja ia ’terpelanting’, dan pulang kampung, karena tidak kuat pendanaan. Untungnya, salah satu familinya yang berprofesi sebagai karyawan bengkel, menolak mentah-mentah ide itu.“Sudah jauh-jauh datang dari Lampung, kenapa harus pulang tanpa hasil. Teruskan belajarmu. Masalah dana, biar saya yang berusaha. Yang penting kamu serius, kejar impian-impianmu,” paparnya menirukan nasehat familinya tersebut.

Sejak peristiwa itu, ‘volume’ belajar Huda tambah tinggi. Pagi, sore, dan malam, ia gunakan untuk mengulang pelajaran yang telah didapat dari sekolah, atau membaca buku-buku yang lainnya. Alhamdulillah, usaha yang dilakukan membuahkan hasil. Meskipun tidak melulu juara satu, tapi, nilai-nilai yang dicapai, sudah cukup baginya untuk memperoleh bea siswa.

Tentu saja hal ini, sangat meringankan bebannya dan keluarga. Tidak cukup itu perjuangan yang dilakukan Huda. Tidak ingin hanya berpangku dua belah tangan dalam menghadapi masalah finansial, dengan skill barunya, mampu berbahasa asing, Arab dan Inggris, yang dia peroleh dari hasil studi, dia mulai mengeles murid-murid di perumahan-perumahan warga sekitar kampusnya. Bahkan tidak jarang juga, tanpa takut dilecehkan rekan-rekannya, dia rela bekerja sebagai buruh bangunan, yang harus mengecet gedung bertingkat, di sela-sela kesibukkannya sebagai pelajar.

Dari proses inilah, akhirnya Huda mampu menyelesaikan studinya, hingga di perguruan tinggi, sehingga berhak menyandang gelar Strata Satu (S 1), dengan hasil nilai komulatif yang cukup memuaskan. Karena –mungkin- dianggap mahasiswa yang berprestasi, selulusnya dari kuliah, dia langsung diamanahi untuk membantu mengajar di almamaternya tersebut.”Mudah-mudahan aku terus ber-istiqomah, dan diberikan kemudahan-kemudahan oleh Allah, dalam menjalankan amanah-amanah yang saat ini kuemban,” do’anya sebelum mengakhiri wawancara. [Robinsah/Dikisahkan langsung oleh Khoirul Huda.

Ya Alloh, semoga cerita ini dapat menjadi inspirasi dan penyemangat anak-anak di seluruh Indonesia. Amin ya Robbal alamin.......

Kamis, 09 Desember 2010

BANGKITKAN WIRAUSAHA INDONESIA

Keinginan masyarakat Indonesia untuk berwirausaha saat ini masih rendah, berdasarkan data BPS dari jumlah usaha kerja 169,33 juta jiwa, Indonesia hanya memiliki 564.240 unit wirausaha atau hanya 0,24% dari total jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 238 juta jiwa.

Idealnya jumlah wirausaha agar Negara pertumbuhan ekonominya berjalan dengan baik adalah sebanyak 2% dari total jumlah penduduk, sehingga Negara kita ini masih butuh sedikitnya 4,07 juta wirausaha untuk mendukung optimalnya pertumbuhan ekonomi di tanah air. Bandingkan dengan AS jumlah wirausahanya mencapai 12% dari seluruh jumlah penduduk, singapura 7%, China dan Jepang 10%, India 7%, Malaysia 3%.

Peningkatan Wirausaha terkait dengan pengurangan jumlah pengangguran, padahal jumlah pengangguran lulusan sarjana jauh lebih besar dari pada pengangguran lulusan sekolah dasar. BPS menyebut pengangguran tingkat sarjana tahun 2006 sebanyak 375rb orang, 2007 sebanyak 400rb orang, 2008 sebanyak 626rb orang, 2009 sebanyak 626,621 orang.

Kendala utama berwirausaha adalah modal. Bohong besar bila motivator2 menyatakan wirausaha tidak perlu punya modal. Maka untuk membangkitkan jiwa wirausaha, pemerintah perlu mengungkapkan program yang dilakukan pemerintah untuk mendorong kalangan muda terjun kedunia wirausaha, misalnya dengan mengaitkan hal ini dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau program pengembangan sarjana wirausaha, atau program lainnya yang harus di gulirkan oleh instansi-instansi pemerintah ditingkat kabupaten, propinsi maupun pusat.

Mari galakan program penciptaan wirausaha baru, agar pengangguran berkurang, dan wajah Indonesia akan terus tersenyum cerah..

7 Desember 2010 The Hijri New Year of 1432.

It is Muharram, The start of the Hijri New Year of 1432.
A Bless, Happy, prosperous and well wished new year to all my brothers and sisters.
May this year be filled with great tidings and joy for our family and may we make it a year to increase our imaan and knowledge and become closer to our Creator. Ameen.
Allahumma Ameen....

Again, Happy new year to everyone.
May Alloh Almighty bless you, whereever you maybe.

Best Regard
Adi Prayitno family

And this is message from our father in Javanese

Assalamualaikum Wr. Wb.
Hangaturaken Sugeng Warso Enggal 1 Muharram 1432H.
Ing Pamuji dumateng Alloh SWT ingkang murbeng dumadi sarta akaryo jagad sak isinipun.
tansaha pinaringan rahmat, ridho, berkah, rahayu, nikmat sehat walafiat, panjang yuswo, asih ing sesami, manggih ing karaharjan, kalis ing sambe kala, linuberan ing rejeki.
Sadaya kalepatan kula sak brayat keparenga dipun paringana sak agunging samodro pangaksami.
Amin
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Selasa, 24 Agustus 2010

Bimbingan Tahsin & Tajwid Alquran Ustmani


Ya......Allah
Sayangi kami dengan AlQuran,
Jadikanlah ia sebagai Iman,
Hidayah dan Rahmat bagi kami,
Ingatkanlah apa yang kami lupa dari Al Quran
dan ajarilah apa yang belum kami ketahui,
berilah kami kemampuan untuk selalu membaca siang dan malam,
dan jadikanlah Al Quran sebagai saksi yang akan membela kami.
Ya Robbal 'Alamin......
Rasululloh bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Quran dan mengajarkannya (HR. Bukhari)

Rabu, 18 Agustus 2010

Doa Ramadhan

Doa Ramadhan Hari ke-7

اَللّهُمَّ اَعِنّي فيهِ عَلى صِيامِهِ وَ قِيامِهِ ، وَ جَنِّبني فيهِ مِن هَفَواتِهِ وَاثامِهِ ، وَ ارْزُقني فيهِ ذِكْرَكَ بِدَوامِهِ

، بِتَوْفيقِكَ يا هادِيَ المُضِّلينَ . Yaa Allah! Bantulah aku untuk melaksanakan puasanya, dan ibadah malamnya (‘nya’- di sini mengacu pada bulan Ramadhan). Jauhkanlah aku dari kelalaian dan dosa-dosa Nya, dan berikanlah aku dzikir berupa dzikir mengingat-Mu secara terus-menerus, dengan taufiq- Mu, wahai Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang sesat آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنْ


Doa tidak selalu mampu mengubah. keadaan, tapi mampu mengubah cara pandang kita.

Doa tidak selalu mampu mengembalikan mereka yang kita cintai, tapi mampu memberikan kebahagiaan bagi mereka.

Doa tidak mampu mengulang waktu, tapi mampu membuat kesempatan datang kembali.

Doa tidak selalu mampu memperbaiki hati yang hancur, tp doa mampu mengubahnya menjadi sumber kekuatan dan penghiburan...

Doa tidak selalu mampu mengubah penyesalan masa lalu, tapi mampu mengubahnya menjadi harapan masa depan

Doa tidak selalu mampu mengubah kebutuhan dan keinginan kita, tapi mampu mengubahnya menjadi keinginanNya.

♥Yang pasti doa selalu mampu membawa perubahan dalam hidup kita.

Dan BERDOALAH SEBELUM KITA DI DOA KAN.♥.

Selamat berpuasa, Tetap Semangat dan Berbahagialah.