Mendengar berita malam di Metro TV saya terbangun dan baru tersadar kalau saya terlelap tidur semalam. Selimut yang menyelimuti badan dari udara dingin AC saya lempar jauh-jauh dan bergegas ke kamar mandi untuk buang air kecil dan berwudhu. Sholat Tahajut saya lalui dengan perasaan tentram di malam yang sunyi senyap.
Rekan dari Jakarta yang kebetulan Non-Muslim dan sekamar bertanya kepada saya, “sholat apa nih, masih malam begini sudah sholat memangnya sudah subuh ya ?”
Saya jawab :”Sholat Tahajut, memang selalu dilakukan para muslim untuk menambah nilai ibadahnya, tidak wajib tapi hampir mendekati wajib”.
“Maksudnya?”: tanyanya lagi.
“Begini lo, sholat ini manfaatnya sangat banyak untuk mendekatkan diri kita dengan Tuhan, dimana doa kita di malam hari selalu didengarNya, karena manfaatnya besar, sehingga jika tidak memberatkan hambanya mungkin akan diwajibkanNya. Hanya orang-orang yang mengerti akan manfaat besarNya yang akan melakukannnya.” jawabku
Rekan non Muslim ini selalu bertanya tentang Islam kepada saya, dia tidak pernah bertanya tentang Islam kepada kakaknya yang telah menjadi mualaf. Dia menganggap kakaknya setelah menjadi Muslim sangat fanatik. Saya katakan, “maaf, saya rasa kakak anda bukan fanatik tetapi sangat berhati-hati dalam menjalankan Agama Islam. Memang dalam Islam kita tidak boleh mencampur adukan antara yang halal dengan yang haram. Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Prinsip kehidupan dalam Islam adalah semuanya boleh dilakukan kecuali yang dilarang, tetapi dalam ibadah prinsipnya adalah semuanya tidak boleh dilakukan kecuali yang diperintahNya.”
Dia juga bertanya tentang sholat, banyaknya rakaat dalam sholat, saya jawab:” Semua sholat umat Islam hanya untuk Alloh tidak untuk selainNya, setiap rakaat bacaannya sama. Jadi sholat itu berbeda dengan doa, kalau sholat kita menyembah dan mengagungkan hanya tertuju pada Alloh, sedang doa kita meminta kepada Alloh untuk kepentingan diri , saudara, dan rekan.”
Diantara obrolan kami tentang agama, sayup-sayup terdengar adzan subuh, saya katakan:” saya sholat shubuh dulu ya, nanti setelah sholat kita jalan-jalan pagi biar badan tidak lemas.”.
Selesai subuh sambil menunggu terang, saya duduk diteras hotel, melihat pemandangan laut yang indah di pagi hari, sudah agak terang dengan rekan jalan kepinggir pantai, pelabuhan, memutar melihat-lihat suasa kota Bau Bau di pagi hari sebelum kesibukan kota di mulai, dan kembali ke hotel.
Pagi ini rencananya kami akan pergi menemui pimpinan beberapa instansi pemerintah di kota ini, menemui Camat, Lurah, dan orang-orang berpengaruh di Pulau Buton ini. Tentu saja kami ditemani rekan daerah yang telah menjemput kami sejak dari Ujung Pandang. Mungkin pembaca belum mengenalnya, mereka adalah calon Bupati dan Wakilnya yang akan bertarung dalam pemilihan Bupati periode berikutnya. Mereka sangat berpengaruh di Pulau ini, dan mereka pulalah yang banyak memberi kesempatan kepada kami melihat beberapa peluang untuk mengembangkan sayap di beberpa bidang usaha.
Menjelang Magrib kami sudah sampai di Hotel untuk mandi dan sholat magrib, kemudian memenuhi undangan makan malam di restoran tepi pantai yang ada di kota ini. Menu makanan begitu banyak tersedia, tetapi karena sudah bosan makan menu ikan , sehingga saya hanya memilih menu ayam goring, tahu-tempe goreng dan sop konro. Di saat sedang menikmati hidangan, saya melihat seorang anak pengemis yang sedang mencari makanan di piring bekas orang dan pengemis tersebut langsung diusir oleh karyawan restoran. Terpikir oleh saya makanan begini banyak siapa yang akan menghabiskannya, saya kejar pengemis kecil tersebut,” Dik, adik yang tadi mencari makan di restoran itu kan?” Tanya saya. Sambil melirik temannya, dia mengangguk. “Adik disini aja ya, nanti saya minta bungkus makanan untuk adik.”;kataku.
Saya minta karyawan restoran, untuk membungkus makanan yang belum tersentuh di meja saji, ditambah nasi bungkusnya. Sambil menunggu bungkusan, saya melirik ketempat pengemis tadi duduk, ternyata mereka sudah pergi entah kemana. Saya ambil bungkusan yang sudah siap, segera saya cari mereka menyusuri pantai di pusat keramaian ini. Mereka tidak ditemukan, rekan daerah ikut keluar restoran, dan dengan tersenyum menawarkan diri untuk ikut mencari mereka. Di jalan dia mengatakan:”Pak Adi sangat mulia banget, sampai-sampai mengejar pengemis untuk diberi makanan, saya sampai tersentuh untuk mengikuti jejak Bapak. Saya katakan:” mereka masih muda sekali seumuran dengan keponakan-keponakan saya, tidak selayaknya mereka berkeliaran mencari makanan bekas di malam hari seperti ini, saya harus membantunya walau hanya sedikit.” Keliling-keliling tidak menemukan mereka, kami bertanya kepada anak kecil penjual koran di sekitar restoran:”Adik kenal dengan anak kecil yang mengemis di restoran ini?”, dan dijawabnya:” Oh pengemis yang biasa mengemis di restoran ini sih kawan saya, kami memang biasa tidur bareng-bareng dengan mereka, ada apa Pak.”
‘Begini dik, ini ada sedikit makanan yang belum kami makan, tolong berikan kepada mereka untuk di makan bersama-sama.” Kata saya.
Dengan senang sekali penjaja Koran kecil tersebut menerima bungkusan nasi tersebut, dan mengucapkan terima kasih kepada kami.
Di Hotel, sambil membaca Ayat-Ayat Cinta, rekan daerah datang. Sambil ngobrol ku jelaskan tentang isi cerita novel islami ini, kebetulan dia tertarik dengan isi ceritanya, sehingga kutawarkan untuk di bawa dan dibaca saja novel tersebut, karena kebetulan saya sudah selesai membacanya, nanti saya dapat membelinya lagi di Jakarta.
Pagi selesai sarapan di Hotel, kamipun check out untuk menempuh perjalanan panjang kembali ke Jakarta.
Rekan dari Jakarta yang kebetulan Non-Muslim dan sekamar bertanya kepada saya, “sholat apa nih, masih malam begini sudah sholat memangnya sudah subuh ya ?”
Saya jawab :”Sholat Tahajut, memang selalu dilakukan para muslim untuk menambah nilai ibadahnya, tidak wajib tapi hampir mendekati wajib”.
“Maksudnya?”: tanyanya lagi.
“Begini lo, sholat ini manfaatnya sangat banyak untuk mendekatkan diri kita dengan Tuhan, dimana doa kita di malam hari selalu didengarNya, karena manfaatnya besar, sehingga jika tidak memberatkan hambanya mungkin akan diwajibkanNya. Hanya orang-orang yang mengerti akan manfaat besarNya yang akan melakukannnya.” jawabku
Rekan non Muslim ini selalu bertanya tentang Islam kepada saya, dia tidak pernah bertanya tentang Islam kepada kakaknya yang telah menjadi mualaf. Dia menganggap kakaknya setelah menjadi Muslim sangat fanatik. Saya katakan, “maaf, saya rasa kakak anda bukan fanatik tetapi sangat berhati-hati dalam menjalankan Agama Islam. Memang dalam Islam kita tidak boleh mencampur adukan antara yang halal dengan yang haram. Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Prinsip kehidupan dalam Islam adalah semuanya boleh dilakukan kecuali yang dilarang, tetapi dalam ibadah prinsipnya adalah semuanya tidak boleh dilakukan kecuali yang diperintahNya.”
Dia juga bertanya tentang sholat, banyaknya rakaat dalam sholat, saya jawab:” Semua sholat umat Islam hanya untuk Alloh tidak untuk selainNya, setiap rakaat bacaannya sama. Jadi sholat itu berbeda dengan doa, kalau sholat kita menyembah dan mengagungkan hanya tertuju pada Alloh, sedang doa kita meminta kepada Alloh untuk kepentingan diri , saudara, dan rekan.”
Diantara obrolan kami tentang agama, sayup-sayup terdengar adzan subuh, saya katakan:” saya sholat shubuh dulu ya, nanti setelah sholat kita jalan-jalan pagi biar badan tidak lemas.”.
Selesai subuh sambil menunggu terang, saya duduk diteras hotel, melihat pemandangan laut yang indah di pagi hari, sudah agak terang dengan rekan jalan kepinggir pantai, pelabuhan, memutar melihat-lihat suasa kota Bau Bau di pagi hari sebelum kesibukan kota di mulai, dan kembali ke hotel.
Pagi ini rencananya kami akan pergi menemui pimpinan beberapa instansi pemerintah di kota ini, menemui Camat, Lurah, dan orang-orang berpengaruh di Pulau Buton ini. Tentu saja kami ditemani rekan daerah yang telah menjemput kami sejak dari Ujung Pandang. Mungkin pembaca belum mengenalnya, mereka adalah calon Bupati dan Wakilnya yang akan bertarung dalam pemilihan Bupati periode berikutnya. Mereka sangat berpengaruh di Pulau ini, dan mereka pulalah yang banyak memberi kesempatan kepada kami melihat beberapa peluang untuk mengembangkan sayap di beberpa bidang usaha.
Menjelang Magrib kami sudah sampai di Hotel untuk mandi dan sholat magrib, kemudian memenuhi undangan makan malam di restoran tepi pantai yang ada di kota ini. Menu makanan begitu banyak tersedia, tetapi karena sudah bosan makan menu ikan , sehingga saya hanya memilih menu ayam goring, tahu-tempe goreng dan sop konro. Di saat sedang menikmati hidangan, saya melihat seorang anak pengemis yang sedang mencari makanan di piring bekas orang dan pengemis tersebut langsung diusir oleh karyawan restoran. Terpikir oleh saya makanan begini banyak siapa yang akan menghabiskannya, saya kejar pengemis kecil tersebut,” Dik, adik yang tadi mencari makan di restoran itu kan?” Tanya saya. Sambil melirik temannya, dia mengangguk. “Adik disini aja ya, nanti saya minta bungkus makanan untuk adik.”;kataku.
Saya minta karyawan restoran, untuk membungkus makanan yang belum tersentuh di meja saji, ditambah nasi bungkusnya. Sambil menunggu bungkusan, saya melirik ketempat pengemis tadi duduk, ternyata mereka sudah pergi entah kemana. Saya ambil bungkusan yang sudah siap, segera saya cari mereka menyusuri pantai di pusat keramaian ini. Mereka tidak ditemukan, rekan daerah ikut keluar restoran, dan dengan tersenyum menawarkan diri untuk ikut mencari mereka. Di jalan dia mengatakan:”Pak Adi sangat mulia banget, sampai-sampai mengejar pengemis untuk diberi makanan, saya sampai tersentuh untuk mengikuti jejak Bapak. Saya katakan:” mereka masih muda sekali seumuran dengan keponakan-keponakan saya, tidak selayaknya mereka berkeliaran mencari makanan bekas di malam hari seperti ini, saya harus membantunya walau hanya sedikit.” Keliling-keliling tidak menemukan mereka, kami bertanya kepada anak kecil penjual koran di sekitar restoran:”Adik kenal dengan anak kecil yang mengemis di restoran ini?”, dan dijawabnya:” Oh pengemis yang biasa mengemis di restoran ini sih kawan saya, kami memang biasa tidur bareng-bareng dengan mereka, ada apa Pak.”
‘Begini dik, ini ada sedikit makanan yang belum kami makan, tolong berikan kepada mereka untuk di makan bersama-sama.” Kata saya.
Dengan senang sekali penjaja Koran kecil tersebut menerima bungkusan nasi tersebut, dan mengucapkan terima kasih kepada kami.
Di Hotel, sambil membaca Ayat-Ayat Cinta, rekan daerah datang. Sambil ngobrol ku jelaskan tentang isi cerita novel islami ini, kebetulan dia tertarik dengan isi ceritanya, sehingga kutawarkan untuk di bawa dan dibaca saja novel tersebut, karena kebetulan saya sudah selesai membacanya, nanti saya dapat membelinya lagi di Jakarta.
Pagi selesai sarapan di Hotel, kamipun check out untuk menempuh perjalanan panjang kembali ke Jakarta.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Adi Prayitno http://adi-prayitno.blogspot.com/
Pemilik Ar-Rahman Distro, The Elegance Muslim Fashion.
Distributor Pakaian Muslim Excellent 64 http://excellent64.blogspot.com/ ,Keisha-shasha http://keisha-shasha.blogspot.com/, SefaCollection http://sefacollection.blogspot.com/ .
Madu Mutiara Tugu Ibu, Sabun Madu, Shampo Madu , Cream Madu Mutiara.http://madu-mutiaratuguibu.blogspot.com/
Adi Prayitno http://adi-prayitno.blogspot.com/
Pemilik Ar-Rahman Distro, The Elegance Muslim Fashion.
Distributor Pakaian Muslim Excellent 64 http://excellent64.blogspot.com/ ,Keisha-shasha http://keisha-shasha.blogspot.com/, SefaCollection http://sefacollection.blogspot.com/ .
Madu Mutiara Tugu Ibu, Sabun Madu, Shampo Madu , Cream Madu Mutiara.http://madu-mutiaratuguibu.blogspot.com/
Telp. 08159365700, 021-86604009, 021-91264048, 021-92416
Tidak ada komentar:
Posting Komentar